Prihatin, Inilah 5 Kebudayaan Jawa Barat yang Kini Mulai Punah

oleh
Foto: http://cirebonsatu.com
Foto: http://cirebonsatu.com

Kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah memotivasi kita untuk tetap melestarikannya. Pasalnya, dalam kebudayaan tersebut sarat akan nilai-nilai persaudaraan, kebersamaan serta menanamkan kebijaksanaan dan optimistis.

Kebudayaan atau tradisi itu pun menjadi salah satu kekayaan bangsa dan berpredikat warisan budaya tak benda. Perkembangan zaman yang cepat serta era digitalisasi tak lantas semakin menggerus kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah itu.

Berikut 5 kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah dirangkum dari berbagai sumber:

1. Marak Lauk

Marak merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh orang tua dulu, yakni menangkap ikan di sungai. Seiring perkembangan zaman, menangkap ikan dengan menggunakan tangan kosong mulai ditinggalkan.

Biasanya tradisi ini dibarengi dengan kesenian lain seperti, ibing pencak silat, angklung dogdog lojor, reog, calung, dan lain-lain. Dulu, kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah ini menjadi ajang silaturahmi dan sarana hiburan warga. Suasana menangkap ikan ramai-ramai di sungai memberikan sensasi atau tantangan tersendiri. Ketangkasan atau kecekatan sangat diperlukan magar bisa membawa pulang banyak ikan.

2. Nyawang Bulan

Kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah ini disebut nyawang bulan. Sebuah tradisi leluhur masyarakat Sunda yang bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Tradisi ini digelar rutin saat bulan Purnama di setiap bulannya sebagai bentuk syukur Kepada Sang Pencipta.

Bersyukur karena masih dipertemukan lagi pada setiap bulan purnama, yang diyakini sebagai penyeimbang bumi. Nyawang Bulan selalu digelar di area terbuka, seperti di hutan lindung maupun di alam bebas lainnya, dengan menampilkan berbagai kesenian Sunda dan seni budaya lainnya.

3. Kaulinan Barudak

Permainan tradisional anak-anak merupakan kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah. Perhatian anak saat ini beralih ke permainan modern, terlebih di era digitalisasi banyak menggandrungi semisal game online. Padahal kaulinan barudak sarat akan edukasi dalam pembentukan karakter anak.

Beberapa kaulinan budak yang saat ini sudah jarang ditemukan, di antaranya:

a. Beklen

b. Sapintrong

c. Bebeletokan

d. Ucing sumput

e. Gatrik

f. Perepet jengkol

g. Dampuh

e. Maen kaleci

Kaulinan barudak tersebut memiliki fungsi ilmu yang mendidik seorang anak juga orang dewasa untuk berjiwa sportif. Fungsi yang lainnya adalah sebagai media belajar, hal ini penting terutama bagi anak-anak.

4. Tarawangsa

Tarawangsa merupakan salah satu jenis kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah. Istilah Tarawangsa sendiri memiliki dua pengertian: alat musik gesek yang memiliki dua dawai yang terbuat dari kawat baja atau besi dan nama dari salah satu jenis musik tradisional Sunda.

Dalam pertunjukan tarawangsa, pemain terdiri dari dua orang, yaitu satu orang pemain tarawangsa dan satu orang pemain jentreng (alat petik tujuh dawai yang menyerupai kecapi). Semua pemain tarawangsa terdiri dari laki-laki, dengan usia rata-rata antara 50 hingga 60 tahunan.

Mereka semuanya adalah petani, dan biasanya disajikan berkaitan dengan upacara padi, misalnya dalam ngalaksa, yang berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.

Dalam pertunjukannya ini biasanya melibatkan para penari yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka menari secara teratur.

Mula-mula saehu/saman (laki-laki), disusul para penari perempuan. Mereka bertugas ngalungsurkeun (menurunkan) Dewi Sri dan para leluhur. Kemudian hadirin yang ada di sekitar tempat pertunjukan juga ikut menari.

Tarian tarawangsa tidak terikat oleh aturan-aturan pokok, kecuali gerakan-gerakan khusus yang dilakukan saehu dan penari perempuan yang merupakan simbol penghormatan bagi dewi padi.

Menari dalam kesenian tarawangsa bukan hanya merupakan gerak fisik semata-mata, melainkan sangat berkaitan dengan hal-hal metafisik sesuai dengan kepercayaan si penari.

Oleh karena itu tidak heran apabila para penari sering tidak sadarkan diri.

5. Bangreng

Kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah lainnya, yakni bangreng. Kata bangreng berasal dari dua suku kata “bang“ dan “reng“ yang masing-masing merupakan akronim dari kata terbang dan ronggeng.

Terbang adalah alat bunyi-bunyian yang terbuat dari kayu dengan muka bulat yang berkulit, seperti rebana.

Ronggeng adalah juru kawih merangkap penari wanita dalamm ketuk tilu dengan tarian dan nyanyiannya melayani tarian pria yang menghadapinya.

Makna yang lebih mendalam seni bangreng merupakan suatu bentuk kesenian rakyat yang mempergunakan terbang serta waditra lainnya, dan ditambah dengan ronggeng sebagai penari sekaligus juru sekar.

Pada awalnya kesenian ini lebih sering berfungsi sebagai sarana upacara ritual, tetapi perkembangan selanjutnya menuju pada fungsi seni sebgai hiburan atau tontonan. Seni bangreng mempunyai beberapa fungsi di antaranya fungsi ritual, hiburan, pendidikan, dan fungsi ekonomis.

Secara umum, kebanyakan seni-seni yang tumbuh di daerah yang bermasyarakatkan petani atau daerah agraris lebih cenderung difungsikan sebgai saran ritual upacara keagamaan terutama dalam hubungannya dengan kesuburan bagi lahan pertanian dan keberhasilan panen.

Demikian pula yang terjadi pada seni Bangreng yang tumbuh dan berkembang di daerah agraris. Fungsi lain dari Seni Bangreng ini adalah sebagai hiburan.

Pada tahapan pertunjukan masyarakat bisa meminta lagu kesukaan dan menari dengan ronggeng pilihannya. Pada tahap ini penonton dipersilakan berjoget (menari) sepuas-puasnya.

Itulah 5 kebudayaan Jawa Barat yang hampir punah, sudah jarang terlihat sehingga perlu untuk tetap dilestarikan sebagai warisan leluhur.

 

Sumber: Inews.id

No More Posts Available.

No more pages to load.