Cerita Malin Kundang dapat menambah wawasan kamu terkait dengan jenis cerita legenda yang banyak diyakini masyarakat Indonesia sebagai cerita penuh dengan pesan moral mendalam.
Cerita Malin Kundang berasal dari Provinsi Sumatera Barat. Secara umum, cerita ini mengandung pesan tentang seorang anak durhaka pada ibunya yang diberi azab oleh Tuhan menjadi batu. Batu Malin Kundang benar-benar ada dan letaknya berada di sekitar obyek wisata Pantai Air Manis di Padang.
Dilansir dari berbagai sumber, celebrities.id, Selasa (20/9/2022) telah merangkum cerita Malin Kundang, seperti berikut.
Cerita Malin Kundang
Pada sebuah desa di Sumatera Barat, hidup seorang ibu dengan anaknya yang bernama Malin. Anak tersebut nakal, tetapi cerdas. Bekas luka di punggung tangan kanan Malin Kundang menjadi pertanda bagi ibunya. Suatu hari, Malin meminta izin kepada ibunya untuk merantau. la berjanji kepada ibunya untuk kembali jika telah menjadi pedagang yang kaya raya. Ibunya tentu saja tidak mengizinkannya.
Ibunya teringat sang suami yang tidak pernah kembali setelah pergi merantau. Namun, Malin berusaha meyakinkan sang ibu yang akhirnya rela melepaskan kepergian anaknya. Malin Kundang merantau dengan menumpang sebuah kapal milik saudagar kaya raya. Selama di atas kapal itu, Malin belajar banyak kepada para awak kapal. Sampailah Malin di pulau yang sangat subur.
Ia bekerja pada saudagar di sana. la pun menetap dan bekerja di sana. Malin sangat rajin, sehingga la diangkat menjadi pekerja kesayangan. Saudagar itu pun menikahkan anaknya dengan Malin. Malin pun menjadi orang yang kaya raya. Suatu hari, Malin dan rombongannya pergi berlayar ke kampung halamannya. Ibu Malin sangat gembira ketika melihat sebuah kapal besar bersandar di dermaga.
la melihat sepasang suami istri berpakaian mewah berdiri di geladak kapal. la yakin bahwa pemuda itu adalah anaknya, karena melihat bekas luka di punggung tangan sang pemuda. “Malin Kundang, Anakku, kau pulang! Kenapa sangat lama kau baru kembali, Nak?” seru sang ibu yang memeluk Malin. Malin sangat terkejut melihat seorang perempuan tua lusuh tiba-tiba memeluknya. Dilepaskannya rangkulan perempuan itu dengan kasar. Sang istri bertanya siapakah perempuan lusuh tersebut.
Dengan angkuhnya Malin menjawab, “Entahlah, Dik. Kanda rasa ia adalah orang gila yang mengaku-ngaku sebagai ibuku”. Sebenarnya, Malin tahu bahwa perempuan itu adalah ibunya. Namun, ia sangat malu mengakui hal itu di depan istri dan anak buahnya.
Ibu Malin sangat terluka. la tidak menyangka anaknya tega berlaku kasar dan tak mengakuinya sebagai ibu. la sangat sedih hingga terucap, “Jika ternyata benar kau adalah Malin anakku, biarlah kau menjadi batu!” Malin Kundang justru tertawa mendengar ucapan ibu tua itu.
la segera memerintahkan awak kapal untuk meninggalkan dermaga. Namun, ketika kapal besar itu mulai meninggalkan dermaga, tiba-tiba datanglah badai yang dahsyat. Badai itu menghantam kapal Malin hingga hancur. Di tengah kepanikan, tubuh Malin Kundang menjadi kaku dan mengeras menjadi sebuah batu. Hingga saat ini, batu Malin Kundang masih dapat dilihat di Pantai Aia Manih (Air Manis), di Sumatra Barat.
Pesan Moral Cerita Malin Kundang
a. Jangan Menjadi Orang yang Gila Harta
Seseorang yang gila terhadap harta dan jabatan dapat melupakan segalanya, termasuk orangtua sendiri. Hal ini akan menjadi jurang paling dalam yang bisa menjerumuskan kita pada kesesatan duniawi semata.
b. Jangan Sampai Hati Orangtua Terluka
Perjuangan orangtua hingga kini termasuk ibu merupakan kegiatan tulus sepenuh hati, tanpa mengharapkan pamrih dan balas jasa. Dalam cerita Malin Kundang, Ibu Malin membesarkan dia dengan penuh perjuangan, keterbatasan ekonomi dan sang suami yang tidak pernah ada kabar lagi setelah merantau.
c. Jangan Suka Berbohong
Malin Kundang ketika hendak menyunting wanita pujaan hati menjadi istrinya tersebut, dia berbohong dengan mengatakan bahwa berasal dari keluarga yang kaya dan golongan bangsawan.
Kemudian, saat dia bertemu dengan ibunya, istrinya kecewa dan menuntut pernyataannya yang dikatakannya dulu sebelum menikah. Malin lalu menutupi kebohongannya dengan mengatakan bahwa wanita tua tersebut bukan ibunya. Kebohongan kecil akan menimbulkan kebohongan lain yang berbahaya bagi hidup kita.
d. Balas Budi Orang Tua Kunci Berbakti
Saat orang tua sudah tidak dapat melakukan apapun, sebagai seorang anak kita wajib berbakti kepadanya, temani mereka di masa tuanya dan rawatlah seperti mereka merawat kita pada waktu masih kecil dan selalu menjaga setiap saat.
Malin kundang yang tega menelantarkan ibunya begitu saja sehingga ibunya merasa tersakiti, akhirnya ibunya murka sehingga memberikannya azab kepada anaknya yang berakibat anaknya berubah menjadi batu.