Kenali Bahaya Vape bagi Kesehatan Tulang

oleh
/Pixabay/lindsayfox
/Pixabay/lindsayfox

Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan rokok elektrik atau vaping mulai mengalami peningkatan karena digunakan sebagai pengganti rokok yang lebih aman.

Meski dirasa cukup aman, namun beberapa bukti dari penelitian menyatakan bahwa vaping cukup berbahaya bagi kesehatan.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine, vaping bisa memicu asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Selain itu, vaping juga berisiko pada masalah jantung, dan kanker yang lebih tinggi karena penggunaan bahan kimia seperti acrolein.

Sebuah studi yang diterbitkan pada November 2021 menunjukkan bahwa vaping bisa berakibat pada kesehatan tulang.

National Institutes of Health (NIH) mengatakan bahwa merokok konvesional merupakan faktor risiko osteoporosis yang permanen.

Kondisi tersebut melemahkan tulang dan meningkatkan kemungkinan mereka mengalami patah tulang.

Sebuah tim peneliti mempelajari lebih dari 5.500 pengguna rokok elektrik dewasa untuk memahami apakah vaping memiliki risiko yang sama.

Temuan yang diterbitkan dalam American Journal of Medicine Open menunjukkan bahwa dapat merusak kesehatan tulang bahkan pada kaum muda.

Studi ini menemukan bahwa orang yang menggunakan rokok elektrik memiliki tingkat patah tulang 46 persen lebih besar daripada mereka yang tidak melakukan vaping.

Para peneliti menekankan bahwa hasil ini tidak membuktikan bahwa vaping menyebabkan patah tulang, tetapi menunjukkan hubungan potensial.

Seorang Profesor Periodontologi di The Ohio State University, Purnima Kumar menegaskan bahwa gaya hidup akan sangat berpengaruh pada kesehatan dan fisiologis seseorang.

“Faktor lingkungan seperti merokok, vaping, penggunaan alkohol, semuanya dapat mengubah risiko kesehatan,” ujarnya.

Hal-hal ini juga erat kaitannya dengan genetika, usia, pola makan, tingkat aktivitas fisik, dan kondisi kesehatan sebelumnya.

“Penyembuhan tulang terjadi dengan menghilangkan tulang yang patah melalui reabsorpsi tulang, diikuti oleh pengendapan tulang baru,” katanya.

Dia menjelaskan bahwa proses ini dimulai dengan sel-sel yang disebut osteoklas yang melarutkan tulang tua yang sudah usang.

Osteoblas juga memiliki peran serupa yaitu untuk membentuk tulang baru, jadi kedua sel ini bekerja bersama-sama.

Tetapi jika keseimbangan ini terganggu, bisa mengakibatkan seseorang mengalami patah tulang dan penyakit seperti osteoporosis.***

Sumber: The Healthy

No More Posts Available.

No more pages to load.