Tidak hanya orang dewasa, anak pun bisa mengalami obesitas. Obesitas bukan kondisi kelebihan berat badan biasa, melainkan penyakit.
Winra Pratita, dokter spesialis anak, menjelaskan obesitas merupakan penyakit yang ditandai dengan penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Orang tua kerap abai sebab anak yang gemuk dianggap sehat dan menggemaskan. Padahal obesitas adalah pemicu berbagai penyakit lain.
“Anak chubby, lucu tapi ingat komplikasi obesitas yang mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki,” kata Winra dalam temu media bersama Kementerian Kesehatan, Rabu (2/3)
Komplikasi obesitas bisa berupa perlemakan hati, GERD, diabetes tipe 2, arthritis, kaki bentuk X atau Y, kemudian menstruasi tidak teratur (lebih lambat atau lebih cepat dari menstruasi normal). Oleh karenanya, perlu dilakukan langkah pencegahan.
Adapun pencegahan dikelompokkan dalam tiga cara yakni primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan primer
Pencegahan primer dilakukan dengan cara promosi cara hidup sehat pada semua anak dan remaja beserta orang tua serta pendekatan pada kelompok berisiko tinggi obesitas. Kelompok berisiko tinggi ini termasuk anak yang memiliki orang tua (salah satu atau keduanya) obesitas, lalu anak yang kelebihan berat badan semenjak masa kanak-kanak.
“Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan di Pusat Kesehatan Masyarakat,” kata Winra.
Pencegahan primer pada bayi 0-12 bulan
Upaya pemberian ASI sampai usia 6 bulan dan pemberian MPASI dengan cara tepat.
Memberikan variasi makanan buat anak dan menghindari minuman manis dan makanan selingan tinggi kalori.
Hindari meletakkan televisi di kamar anak untuk menghindari gaya hidup sedenter. Pengasuh selain orang tua kompak menerapkan strategi yang disepakati.
Pencegahan primer bayi 12-24 bulan
Menghindari minuman manis, jus kemasan dan susu berlebihan.
Makan bersama keluarga tanpa distraksi termasuk televisi atau tayangan video tertentu.
Makan besar atau selingan tidak dibatasi tetapi orang tua memastikan semua makanan sehat serta cukup buah dan sayur.
Anak didorong untuk aktif, membatasi menonton televisi dan tidak meletakkan televisi di kamar anak.
Orang tua memberikan contoh konsumsi makanan sehat.
Membuat jadwal penggunaan media misal membatasi pajanan media atau gawai kurang dari 1-2 jam per hari.
Pencegahan sekunder
Di sini sebaiknya orang tua mulai melakukan upaya early adiposity rebound yang mampu mengarah pada risiko obesitas di usia dewasa. Periode adiposity rebound terjadi di usia 5-6 tahun di mana anak memiliki Indeks Massa Tubuh terendah, sebelum naik lagi hingga usia dewasa.
Winra berkata dalam beberapa kasus adiposity rebound terjadi lebih cepat atau early adiposity rebound.
“Early adiposity rebound berhubungan dengan peningkatan risiko obesitas dan sindrom metabolik di kemudian hari,” katanya.
Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada anak yang sudah didiagnosis obesitas. Pencegahan bertujuan untuk menurunkan risiko komplikasi. Penanganan obesitas pada anak berbeda dengan orang dewasa sebab anak masih dalam masa tumbuh kembang sehingga perlu pertimbangan dalam pemberian terapi obat-obatan.
Pada prinsipnya, penanganan obesitas dilakukan dengan pengaturan diet, aktivitas fisik, modifikasi perilaku, dukungan orang tua, teman maupun guru juga terapi intensif dengan mempertimbangkan kondisi tumbuh kembang anak.
Baca artikel selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220304202022-255-766992/3-cara-cegah-obesitas-pada-anak/2.